Google Translate

News Update :

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II KONSINYASI

Senin, 06 Juni 2011

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II KONSINYASI 
Konsinyasi adalah penyerahan fisik barang-barang oleh pemilik kepada pihak lain
yang bertindak sebagai agen penjual, secara hukum dapat dinyatakan bahwa hak atas barangbarang ini tetap berada ditangan pemilik sampai barang-barang ini dijual oleh pihak agen penjual. Sedangkan pihak yang memiliki barang disebut konsinyor (consignor), sedangkan pihak yang mengusahakan penjualan barang ini disebut konsinyi (konsignee), faktor (factor) atau pedagang komisi (commission merchant) Sifat Konsinyasi Konsinyor lebih menyukai bentuk konsinyasi penyerahan barang-barangnya kepada agen penjual karena agen penjual karena alasan2 sebagai berikut : 1. Konsinyasi merupakan satu-satunya cara produsen atau distributor memperoleh daerah pemasaran yang luas, terutama jika : a. Barang tersebut baru diintrodusir dan permintaan dari produk ini tidak pasti b. Penjualan diwaktu lalu terbukti tidak menguntungkan agen penjual c. Barangnya mahal dan membutuhkan investasi yang besar bagi agen penjual jika harus membelinya d. Fluktuasi harga tidak tahan lama sehingga agen penjual setuju membeli barang hanya jika resiko kerugian ditanggung oleh pihak lain 2. Konsinyor dapat memperoleh spesialisasi penjualan, terutama untuk penjualan gandum, ternak dan hasil bumi. 3. Harga jual eceran barang konsinyasi dapat dikendalikan oleh pihak konsinyor yang masih menjadi pemilik barang ini. Pihak konsinyi lebih menyukai barang konsinyasi daripada memberinya karena alasan2 sebagai berikut : 1. Pihak konsinyi terlepas dari resiko kegagalan menjual barang itu atau dari resiko penjual dengan rugi. 2. Resiko kerusakan fisik dan fluktuasi harga dapat dihindari 3. Kebutuhan modal kerja berkurang, karena penetapan harga pokok persediaan barang konsinyasi dilakukan oleh pihak konsinyor Operasi Konsinyasi Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun kontrak (persetujuan) tertulis yang menunjukan sifat hubungan antara pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima barang. Hak pihak konsinyi : 1. Pihak konsinyi berhak memperoleh atas pengeluaran yang dibutuhkan berkaitan dengan barang konsinyasi dan juga berhak memperoleh imbalan atas penjualan barang konsinyasi. Jika hasil penjualan barang konsinyasi tidak cukup untuk menutup bebanbeban operasional, maka pihak konsinyi dapat menuntut kekurangan kepada pihak

konsinyor 2. Pihak konsinyi berhak garansi biasa atas barang konsinyasi yang dijual,dan sementara itu pihak konsinyor terikat pada syarat pemberian garansi. Kewajiban pihak konsinyi : 1. Pihak konsinyi harus melindungi barang-barang pihak pemilik dengan cara yang baik dan sesuai dengan sifat barang dan kondisi konsinyasi. 2. Pihak konsinyi harus menjual barang konsinyasi dengan harga yang telah ditentukan, ia harus menjualnya dengan harga yang memuaskan kepentingan pihak pemilik 3. Pihak konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari barang dagangan lainnya 4. Pihak konsinyi harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan penjualan barang konsinyasi. Ilustrasi Diasumsikan pada tanggal 6 Juni, Western Co mengirimkan 10 buah pesawat radio kepada sdr. R.Green atas dasar konsinyasi. Pesawat-pesawat ini dijual dengan harga iklan @ $85 . Pihak konsinyi harus diberi komisi sebesar 20% dan setiap biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pihak konsinyi harus diganti oleh pihak konsinyor. Pada tanggal 24 Juli, R. Green selaku konsinyi mengirimkan uang kas kepada pihak konsinyor untuk menyelesaikan perhitungan beserta dengan perkiraan penjualan konsinyasi.

Pengertian Penjualan Konsinyasi
Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang menyarankan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamat, sedang pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut konsinyi, komisioner. Adapun pengertian penjualan menurut Hadori Yunus Harnanto adalah: “Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi” 3 Pada dasarnya semua penjualan konsinyasi tersebut adalah: - Unsur perjanjian - Unsur pemilik barang - Unsur pihak yang dititipi barang - Unsur barang yang dititipkan - Unsur penjualan - Unsur komisi Mengabaikan salah satu unsur tersebut akan membuat transaksi tidak dapat disebut penjualan konsinyasi, oleh karena itu seluruh unsur tersebut harus ada pada saat penjualan konsinyasi. Perbedaan Perlakuan Akuntansi Penjualan Reguler dan Penjualan Konsinyasi Hubungan Konsinyor dan Konsinyi dalam Konsinyasi Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi Perlakuan Akuntansi terhadap Barang-Barang Konsinyasi yang Dikembalikan dan Uang Muka Konsinyi 1. Barang-barang konsinyasi yang dikembalikan Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat (consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barangbarang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang-barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian

harus pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak, sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan. 2. Uang muka konsinyasi Apabila dalam transaksi konsinyasi, konsinyor mengharuskan pembayaran uang muka terhadap barang-barang konsinyasi yang dikirimkan kepada konsinyi, maka penerimaan uang muka tersebut dapat dijurnal sebagai berikut: Kas …………………. xx Uang muka konsinyi…………………… xx Uang muka dari konsinyi ini, harus disajikan sebagai utang dalam neraca sampai terjadi pelunasan barang konsinyasi, maka pada saat pelunasan dijurnal sebagai berikut: Kas ………………………….. xx Uang muka konsinyi ………… xx Piutang konsinyi …………….……xx Dalam pengertian penjualan reguler menurut M. Ichwan dan Arifin adalah: “Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah utang suatu badan usaha yang timbul dalam penyerahan barang/jasa/aktiva usaha lainnya dalam suatu periode”4 Penjualan konsinyasi mempunyai perbedaan yang khusus dengan penjualan reguler. Menurut Hadori Yunus Harnanto memberikan kriteria yang merupakan perbedaan perlakuan akuntansi konsinyasi dengan transaksi penjualan reguler. Keempat kriteria itu adalah sebagai berikut: 1. Barang-barang masih menjadi hak milik konsinyor dan harus dilaporkan sebagai persediaan konsinyor boleh mengakui barang-barang konsinyasi sebagai persediaannya. 2. Pendapatan diakui konsinyor pada saat barang-barang konsinyasi dapat dijual pada pihak ke-3. 3. Pihak pengamat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi. Sejak pengiriman barang sampai dengan saat komisioner berhasil menjual barang

kepada pihak ke-3. Kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua pihak yang bersangkutan. 4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterimanya. Oleh karena itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang-barang tersebut kepada pihak ketiga. Jadi perbedaan prinsip antara transaksi penjualan reguler dengan penjualan konsinyasi adalah: 1) Perpindahan hak milik atas barang yang bersangkutan Dalam transaksi penjualan reguler hak milik barang berpindah kepada pembeli pada saat barang diserahkan, kemudian keadaan demikian dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Sedangkan penjualan pada penjualan konsinyasi tidak berarti adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. 2) Pengakuan pendapatan Perbedaan pengakuan pendapatan antara penjualan reguler dan penjualan konsinyasi akan berdampak pada laporan rugi laba. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam bukunya yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan Pengertian pendapatan adalah: “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi modal” Theodoras M. Tuana Kotta menyebutkan kriteria yang lebih tepat bagi pengakuan pendapatan adalah: a. Adanya bukti yang kuat bahwa pembeli mempunyai maksud membeli dan penjual bermaksud menjual. b. Penentuan mengenai barang tertentu yang akan dijual dan sudah dalam keadaan siap untuk dijual. c. Perjanjian antara pembeli dan penjual mengenai barang jual formula untuk mencapai harga jual. Jadi pendapatan suatu perusahaan dapat diakui oleh perusahaan apabila memenuhi kriteria diatas.

PENCATATAN PENJUALAN KONSINYASI Dalam prinsipnya pendapatan pada konsinyasi diakui saat penjualan terhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan atau rugi atas penjualan barang-barang konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler. Sedangkan untuk metode administrasi barang dagangan, terdapat dua alternatif, yaitu metode perpectual dan physic. Apabila transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka metode apapun yang dipakai, pihak konsinyor harus menyelenggarakan rekening “barang-barang konsinyasi”. Apabila transaksi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka pengiriman barang-barang konsinyasi dicatat dalam “memorandum”. Untuk setiap perjanjian dalam transaksi konsinyasi rekening barang-barang yang dititipkan pada konsinyi pada dasarnya adalah rekening barangbarang konsinyasi yang merupakan persediaan bagi konsinyor. Rekening tersebut dibuat sebagai rekening kontrol untuk tiap-tiap konsinyi atau satu rekening kontra dibuat untuk transaksi konsinyasi dengan semua konsinyi. Apabila konsinyor memerlukan rekening pembantu maka diselenggarakan rekening pembantu untuk tiap-tiap konsinyi. Apabila pihak konsinyor menghendaki laba atas penjualan konsinyasi harus ditetapkan tersendiri, maka rekening barang-barang konsinyasi untuk masing-masing konsinyi dibebani harga pokok barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan semua biaya yang berkaitan dengan konsinyasi. Jika penjualan telah dilakukan oleh konsinyi maka rekening ini dikredit. Laba atau rugi atas penjualan konsinyasi akhirnya dipindah bukukan dari perkiraan laba atau rugi konsinyasi ke perkiraan laba rugi biaya yang mengikhtisarkan hasil netto dari semua aktivitas. Sedangkan apabila pihak konsinyor menghendaki transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi biasa lainnya dan laba rugi usaha juga harga dihitung. Maka pendapatan dan biaya penjualan konsinyasi dibukukan dalam perkiraan yang mengikhtisarkan kegiatan usaha bersama. Untuk mencatat semua transaksi yang dicatat dalam ayat jurnal, maka perlakuan akuntansi untuk penjualan konsinyasi dapat digolongkan dalam: 1) Pencatatan oleh konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas. Apabila dalam suatu perjanjian konsinyasi tersebut telah selesai pada saat pihak konsinyor akan menyusun laporan keuangan diakhir periode akuntansi maka prosedur pencatatan dan pos-pos jurnal yang harus dibuat oleh konsinyor atas pengiriman barang-barang, penjualan barang-barang, pembayaran barang-barang, dan penyelesaian keuangan, oleh pihak konsinyi kepada konsinyor adalah sebagai berikut: a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyor diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. Tabel 1 Perbedaan Pencatatan pada Buku Konsinyor

Transaksi Penjualan Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah Antara Metode Perpectual dan Metode Phisik Metode Perpectual 1) pengiriman barang-barang konsinyasi barang-barang konsinyasi xx persediaan produk jadi xx barang-barang konsinyasi xx 2) dibayar ongkos angkut pengiriman barang-barang konsinyasi xx kas xx kas xx 3) diterima perhitungan penjualan a. mencatat hasil penjualan piutang dagang xx penjualan konsinyasi xx piutang dagang xx penjualan konsinyasi xx HPP konsinyasi xx biaya penjualan konsinyasi xx barang-barang konsinyasi xx Metode Phisik barang-barang konsinyasi xx pengiriman konsinyasi xx barang-barang

b. mencatat harga pokok penjualan kas xx HPP konsinyasi xx piutang dagang xx biaya penjualan konsinyasi xx pengiriman barang-barang konsinyasi xx konsinyasi xx 4) penerimaan/pengiriman uang kas dari rugi-laba xx konsinyi kas xx piutang dagang xx 5) menutup/memindahkan kas saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi ke rugi laba

barang-barang

Sumber Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, halaman 152.

Didalam laporan perhitungan rugi laba, saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi dikurangkan dari jumlah barang yang tersedia untuk dijual di dalam menentukan besarnya harga pokok penjualan reguler. Jurnal demikian tetap dibuat meskipun tidak ada barang yang terjual sampai dengan akhir tahun buku yang bersangkutan. b. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyi diselenggarakan terpisah dari transaksi perjalanan biasa. - penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Disini pihak konsinyi mencatat penerimaan barang atas konsinyi dengan suatu memorandum dalam buku harian atau dalam buku tersendiri yang diselenggarakan untuk tujuan ini. - Beban pihak konsinyi yang harus ditetapkan pada konsinyasi akan dijurnal sebagai berikut: konsinyasi masuk xx kas xx - penjualan oleh pihak konsinyi, akan dijurnal sebagai berikut: kas xx konsinyasi masuk xx - komisi atau laba yang masih harus diterima bagi konsinyi akan dijurnal sebagai berikut: konsinyasi masuk xx komisi atas penjualan konsinyasi xx - pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi, akan dijurnalkan sebagai berikut: konsinyasi masuk xx kas xx c. Pencatatan pada buku konsinyor. Jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa Tabel 2 Perbedaan pencatatan pada Buku Konsinyor

Transaksi Penjualan Konsinyi tidak Diselenggarakan Terpisah Antara Metode Perpectual dan Metode Phisik Metode Perpectual 1) pengiriman barang-barang konsinyasi barang-barang konsinyasi xx persediaan produk jadi xx ongkos angkut xx 2) dibayar ongkos angkut pengiriman ongkos angkut xx kas xx kas xx 3) diterima perhitungan penjualan a. mencatat hasil penjualan piutang dagang xx hasil penjualan xx piutang dagang xx hasil penjualan xx harga pokok penjualan xx barang-barang konsinyasi xx pengiriman konsinyasi xx barang-barang Metode Phisik barang-barang konsinyasi xx pengiriman konsinyasi xx barang-barang

b. mencatat harga pokok penjualan harga pokok penjualan xx kas xx barang-barang konsinyasi xx c. menghapus saldo rekening pengiriman barang-barang pada akhir periode tahun buku untuk barang-barang yang telah terjual piutang dagang xx

4) penerimaan/pengiriman uang kas kas xx piutang dagang xx Sumber Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, halaman 153. Jurnal untuk menghapuskan saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi dan rekening. Barang-barang konsinyasi tidak perlu dibuat pada metode phisik

apabila pada saat pengiriman barang tidak dicatat dalam buku jurnal, akan tetapi dalam bentuk memorandum saja. d. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. - Penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Disini pihak konsinyi mencatat barang konsinyasi dengan ayat jurnal memorandum. - Beban pihak konsinyi ditetapkan pada pihak konsinyasi. Pihak konsinyi mendebet perkiraan pihak konsinyor untuk beban yang harus dibebankan pada pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan aktiva atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan. - Penjualan oleh pihak konsinyi. Konsinyi mencatat penjualan konsinyasi seperti pada penjualan biasa. Masingmasing ayat jurnal penjualan disertai dengan sebuah ayat jurnal untuk mencatat beban yang dikeluarkan oleh pihak konsinyor, untuk barang-barang yang dijual, perkiraan pembelian atau perkiraan harga pokok penjualan didebet dan perkiraan pihak konsinyor dikredit. - Komisi atau laba yang masih harus diterima bagi pihak konsinyi. Pihak konsinyi tidak membuat ayat jurnal untuk komisi atau laba atas penjualan konsinyasi. Pendapatan atas penjualan konsinyi akan tergambar dalam laba kotor pihak konsinyi sebagai akibat dari ayat-ayat jurnal yang dibuat diatas tadi. - Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi. Pihak konsinyi mencatat pembayaran kepada pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan kas. 2) Pencatatan untuk konsinyasi tidak terselesaikan dengan tuntas. Apabila pihak konsinyor perlu menyusun laporan keuangan pada akhir periode akuntansi sedangkan jangka waktu perjanjian konsinyasi masih berlangsung atau belum semuanya barang-barang konsinyasi berhasil dijual oleh konsinyasi, maka diperlukan penyesuaian terhadap barang-barang yang terkait pada sebagian produk belum selesai dengan tuntas sampai akhir periode akuntansi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut: a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyasi diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa.

Pada akhir periode fiskal konsinyor membukukan laporan penjualan konsinyasi, agar ia dapat membukukan laba atau rugi atas penjualan barang-barang konsinyasi sampai tanggal tersebut. Metode pencatatan terhadap transaksi konsinyasi dicatat dengan cara seperti dalam perjanjian konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas, hanya besarnya penjualan konsinyasi dicatat sebesar jumlah barang-barang konsinyasi yang terjual. Pencatatan barang-barang yang telah dikeluarkan oleh konsinyor maupun konsinyi yang berkaitan dengan penjualan barang-barang konsinyasi harus dialokasikan masing-masing pada barang-barang yang telah terjual maupun barang-barang yang belum terjual. Penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dibukukan dengan mendebet perkiraan barang-barang konsinyasi, pada saat penjualan dilakukan saldo barang konsinyasi dikredit sebesar harga pokok barang-barang konsinyasi yang dijual oleh konsinyi. Hal ini menyebabkan perkiraan barang-barang konsinyasi masih mengandung saldo debet. Saldo debet ini menyatakan harga pokok biaya-biaya lain yang dibebankan pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual. Saldo dalam perkiraan barang-barang konsinyasi dicantumkan dalam neraca sebagai bagian dari persediaan akhir perusahaan. b. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. Apabila transaksi konsinyasi pencatatannya tidak ditetapkan tersendiri atau disatukan dengan transaksi penjualan biasa, maka pihak konsinyor membukukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan hasil penjualan konsinyasi ke dalam buku-buku pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan biaya-biaya yang bersangkutan. Namun apabila barang-barang konsinyasi yang dititipkan pada konsinyi belum terjual, maka biaya-biaya tersebut harus ditangguhkan pembebanannya. Jika konsinyor menggunakan metode perpectual, maka penyerahan barang-barang kepada konsinyi dicatat dalam memorandum. Apabila diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyi, diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan regular pos jurnal pada saat tutup buku disertai dengan pos jurnal yang menangguhkan biaya-biaya yang berkaitan dengan produk yang belum terjual, yaitu dengan mendebet perkiraan biaya yang ditangguhkan pembebanannya sebesar alokasi biaya untuk barang yang belum terjual dan mengkredit perkiraan biaya-biaya yang masih melekat pada produk yang belum terjual. Sedangkan jika memakai metode phisik, maka penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dicatat dalam memorandum, pada saat diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyasi, diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan reguler. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan konsinyi yang masih melekat pada produk yang belum terjual, maka bagian biaya tersebut dijurnal dengan mendebet barang-barang konsinyasi, sejumlah biaya yang masih melekat produk yang belum terjual. Pada akhir periode, harga pokok barang konsinyasi yang belum terjual dan biaya angkut yang dikeluarkan konsinyor, yang masih melekat pada produk yang belum terjual akan dikredit dan barang-barang konsinyasi didebet, sehingga saldo

barang-barang konsinyasi menunjukkan harga pokok barang-barang konsinyasi serta biaya-biaya yang masih melekat pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual. c. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi dicatat secara terpisah dan tidak dicatat secara terpisah dari transaksi penjualan biasa. Tabel 3 Perbedaan Pencatatan Pada Buku Konsinyi Jika Transaksi Dicatat Secara Terpisah dan Tidak Dicatat Secara Konsinyi Transaksi-Transaksi Apabila transaksi dicatat secara terpisah Apabila transaksi konsinyasi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah memo a) Kas………xx Penjualan……xx b) Pembelian….xx 2. Dibayar angkut ongkos Barang-barang komisi …xx Hutang………xx Hutang……..xx Kas…………..xx b. Hutang……xx Kas…………xx

Penerimaan barangmemo barang konsinyasi 1. Penjualan tunai Kas ……………….. xx Barang komisi …….xx

Kas …………………….xx 4 a. Perhitungan komisi a. Barang-barang komisi….xx atas hasil penjualan barang-barang Pendapatan komisi……..xx komisi b. Barang-barang komisi….xx b. Pengiriman Kas……………………..xx perhitungan dan sekaligus pengiriman cek hasil penjualan

Sumber: Hadori Yunus dan Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, hal 159

Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening nominal ke rekening rugi laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke laba yang ditahan dilakukan seperti biasa. .... Lebih lengkap tentang Penjualan Konsinyasi

Pengertian Penjualan Konsinyasi
Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang menyarankan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamat, sedang pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut konsinyi, komisioner. Adapun pengertian penjualan menurut Hadori Yunus Harnanto adalah: “Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi” 3 Pada dasarnya semua penjualan konsinyasi tersebut adalah: - Unsur perjanjian - Unsur pemilik barang - Unsur pihak yang dititipi barang - Unsur barang yang dititipkan - Unsur penjualan - Unsur komisi Mengabaikan salah satu unsur tersebut akan membuat transaksi tidak dapat disebut penjualan konsinyasi, oleh karena itu seluruh unsur tersebut harus ada pada saat penjualan konsinyasi. Perbedaan Perlakuan Akuntansi Penjualan Reguler dan Penjualan Konsinyasi Hubungan Konsinyor dan Konsinyi dalam Konsinyasi Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi Dalam prinsipnya pendapatan pada konsinyasi diakui saat penjualan terhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan atau rugi atas penjualan barang-barang konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler. Sedangkan untuk metode administrasi barang dagangan, terdapat dua alternatif, yaitu metode perpectual dan physic. Apabila transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka metode apapun yang dipakai, pihak konsinyor harus menyelenggarakan rekening “barang-barang konsinyasi”. Apabila transaksi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka pengiriman barang-barang konsinyasi dicatat dalam “memorandum”. Untuk setiap perjanjian dalam transaksi konsinyasi rekening

barang-barang yang dititipkan pada konsinyi pada dasarnya adalah rekening barangbarang konsinyasi yang merupakan persediaan bagi konsinyor. Rekening tersebut dibuat sebagai rekening kontrol untuk tiap-tiap konsinyi atau satu rekening kontra dibuat untuk transaksi konsinyasi dengan semua konsinyi. Apabila konsinyor memerlukan rekening pembantu maka diselenggarakan rekening pembantu untuk tiap-tiap konsinyi. Apabila pihak konsinyor menghendaki laba atas penjualan konsinyasi harus ditetapkan tersendiri, maka rekening barang-barang konsinyasi untuk masing-masing konsinyi dibebani harga pokok barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan semua biaya yang berkaitan dengan konsinyasi. Jika penjualan telah dilakukan oleh konsinyi maka rekening ini dikredit. Laba atau rugi atas penjualan konsinyasi akhirnya dipindah bukukan dari perkiraan laba atau rugi konsinyasi ke perkiraan laba rugi biaya yang mengikhtisarkan hasil netto dari semua aktivitas. Sedangkan apabila pihak konsinyor menghendaki transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi biasa lainnya dan laba rugi usaha juga harga dihitung. Maka pendapatan dan biaya penjualan konsinyasi dibukukan dalam perkiraan yang mengikhtisarkan kegiatan usaha bersama. Untuk mencatat semua transaksi yang dicatat dalam ayat jurnal, maka perlakuan akuntansi untuk penjualan konsinyasi dapat digolongkan dalam: 1) Pencatatan oleh konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas. Apabila dalam suatu perjanjian konsinyasi tersebut telah selesai pada saat pihak konsinyor akan menyusun laporan keuangan diakhir periode akuntansi maka prosedur pencatatan dan pos-pos jurnal yang harus dibuat oleh konsinyor atas pengiriman barang-barang, penjualan barang-barang, pembayaran barang-barang, dan penyelesaian keuangan, oleh pihak konsinyi kepada konsinyor adalah sebagai berikut: a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyor diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. Tabel 1 Perbedaan Pencatatan pada Buku Konsinyor Transaksi Penjualan Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah Antara Metode Perpectual dan Metode Phisik Metode Perpectual 1) pengiriman barang-barang konsinyasi barang-barang konsinyasi xx persediaan produk jadi xx barang-barang konsinyasi xx 2) dibayar ongkos angkut pengiriman Metode Phisik barang-barang konsinyasi xx pengiriman konsinyasi xx barang-barang

barang-barang konsinyasi xx kas xx 3) diterima perhitungan penjualan a. mencatat hasil penjualan piutang dagang xx penjualan konsinyasi xx

kas xx piutang dagang xx penjualan konsinyasi xx HPP konsinyasi xx biaya penjualan konsinyasi xx barang-barang konsinyasi xx

b. mencatat harga pokok penjualan kas xx HPP konsinyasi xx piutang dagang xx biaya penjualan konsinyasi xx pengiriman barang-barang konsinyasi xx konsinyasi xx 4) penerimaan/pengiriman uang kas dari rugi-laba xx konsinyi kas xx piutang dagang xx 5) menutup/memindahkan kas saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi ke rugi laba

barang-barang

Sumber Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, halaman 152. Didalam laporan perhitungan rugi laba, saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi dikurangkan dari jumlah barang yang tersedia untuk dijual di dalam menentukan besarnya harga pokok penjualan reguler. Jurnal demikian tetap dibuat meskipun tidak ada barang yang terjual sampai dengan akhir tahun buku yang bersangkutan. b. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyi diselenggarakan terpisah dari transaksi perjalanan biasa.

- penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Disini pihak konsinyi mencatat penerimaan barang atas konsinyi dengan suatu memorandum dalam buku harian atau dalam buku tersendiri yang diselenggarakan untuk tujuan ini. - Beban pihak konsinyi yang harus ditetapkan pada konsinyasi akan dijurnal sebagai berikut: konsinyasi masuk xx kas xx - penjualan oleh pihak konsinyi, akan dijurnal sebagai berikut: kas xx konsinyasi masuk xx - komisi atau laba yang masih harus diterima bagi konsinyi akan dijurnal sebagai berikut: konsinyasi masuk xx komisi atas penjualan konsinyasi xx - pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi, akan dijurnalkan sebagai berikut: konsinyasi masuk xx kas xx c. Pencatatan pada buku konsinyor. Jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa Tabel 2 Perbedaan pencatatan pada Buku Konsinyor Transaksi Penjualan Konsinyi tidak Diselenggarakan Terpisah Antara Metode Perpectual dan Metode Phisik Metode Perpectual 1) pengiriman barang-barang konsinyasi Metode Phisik barang-barang konsinyasi xx pengiriman barang-barang

barang-barang konsinyasi xx persediaan produk jadi xx

konsinyasi xx ongkos angkut xx

2) dibayar ongkos angkut pengiriman kas xx ongkos angkut xx piutang dagang xx kas xx hasil penjualan xx 3) diterima perhitungan penjualan harga pokok penjualan xx a. mencatat hasil penjualan barang-barang konsinyasi xx piutang dagang xx pengiriman barang-barang hasil penjualan xx konsinyasi xx b. mencatat harga pokok penjualan kas xx harga pokok penjualan xx piutang dagang xx barang-barang konsinyasi xx c. menghapus saldo rekening pengiriman barang-barang pada akhir periode tahun buku untuk barang-barang yang telah terjual

4) penerimaan/pengiriman uang kas kas xx piutang dagang xx Sumber Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, halaman 153. Jurnal untuk menghapuskan saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi dan rekening. Barang-barang konsinyasi tidak perlu dibuat pada metode phisik apabila pada saat pengiriman barang tidak dicatat dalam buku jurnal, akan tetapi dalam bentuk memorandum saja. d. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyasi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa.

- Penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Disini pihak konsinyi mencatat barang konsinyasi dengan ayat jurnal memorandum. - Beban pihak konsinyi ditetapkan pada pihak konsinyasi. Pihak konsinyi mendebet perkiraan pihak konsinyor untuk beban yang harus dibebankan pada pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan aktiva atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan. - Penjualan oleh pihak konsinyi. Konsinyi mencatat penjualan konsinyasi seperti pada penjualan biasa. Masingmasing ayat jurnal penjualan disertai dengan sebuah ayat jurnal untuk mencatat beban yang dikeluarkan oleh pihak konsinyor, untuk barang-barang yang dijual, perkiraan pembelian atau perkiraan harga pokok penjualan didebet dan perkiraan pihak konsinyor dikredit. - Komisi atau laba yang masih harus diterima bagi pihak konsinyi. Pihak konsinyi tidak membuat ayat jurnal untuk komisi atau laba atas penjualan konsinyasi. Pendapatan atas penjualan konsinyi akan tergambar dalam laba kotor pihak konsinyi sebagai akibat dari ayat-ayat jurnal yang dibuat diatas tadi. - Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi. Pihak konsinyi mencatat pembayaran kepada pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan kas. 2) Pencatatan untuk konsinyasi tidak terselesaikan dengan tuntas. Apabila pihak konsinyor perlu menyusun laporan keuangan pada akhir periode akuntansi sedangkan jangka waktu perjanjian konsinyasi masih berlangsung atau belum semuanya barang-barang konsinyasi berhasil dijual oleh konsinyasi, maka diperlukan penyesuaian terhadap barang-barang yang terkait pada sebagian produk belum selesai dengan tuntas sampai akhir periode akuntansi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut: a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyasi diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. Pada akhir periode fiskal konsinyor membukukan laporan penjualan konsinyasi, agar ia dapat membukukan laba atau rugi atas penjualan barang-barang konsinyasi sampai tanggal tersebut. Metode pencatatan terhadap transaksi konsinyasi dicatat dengan cara seperti dalam perjanjian konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas, hanya besarnya penjualan konsinyasi dicatat sebesar jumlah barang-barang

konsinyasi yang terjual. Pencatatan barang-barang yang telah dikeluarkan oleh konsinyor maupun konsinyi yang berkaitan dengan penjualan barang-barang konsinyasi harus dialokasikan masing-masing pada barang-barang yang telah terjual maupun barang-barang yang belum terjual. Penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dibukukan dengan mendebet perkiraan barang-barang konsinyasi, pada saat penjualan dilakukan saldo barang konsinyasi dikredit sebesar harga pokok barang-barang konsinyasi yang dijual oleh konsinyi. Hal ini menyebabkan perkiraan barang-barang konsinyasi masih mengandung saldo debet. Saldo debet ini menyatakan harga pokok biaya-biaya lain yang dibebankan pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual. Saldo dalam perkiraan barang-barang konsinyasi dicantumkan dalam neraca sebagai bagian dari persediaan akhir perusahaan. b. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi tidak diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa. Apabila transaksi konsinyasi pencatatannya tidak ditetapkan tersendiri atau disatukan dengan transaksi penjualan biasa, maka pihak konsinyor membukukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan hasil penjualan konsinyasi ke dalam buku-buku pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan biaya-biaya yang bersangkutan. Namun apabila barang-barang konsinyasi yang dititipkan pada konsinyi belum terjual, maka biaya-biaya tersebut harus ditangguhkan pembebanannya. Jika konsinyor menggunakan metode perpectual, maka penyerahan barang-barang kepada konsinyi dicatat dalam memorandum. Apabila diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyi, diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan regular pos jurnal pada saat tutup buku disertai dengan pos jurnal yang menangguhkan biaya-biaya yang berkaitan dengan produk yang belum terjual, yaitu dengan mendebet perkiraan biaya yang ditangguhkan pembebanannya sebesar alokasi biaya untuk barang yang belum terjual dan mengkredit perkiraan biaya-biaya yang masih melekat pada produk yang belum terjual. Sedangkan jika memakai metode phisik, maka penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dicatat dalam memorandum, pada saat diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyasi, diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan reguler. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan konsinyi yang masih melekat pada produk yang belum terjual, maka bagian biaya tersebut dijurnal dengan mendebet barang-barang konsinyasi, sejumlah biaya yang masih melekat produk yang belum terjual. Pada akhir periode, harga pokok barang konsinyasi yang belum terjual dan biaya angkut yang dikeluarkan konsinyor, yang masih melekat pada produk yang belum terjual akan dikredit dan barang-barang konsinyasi didebet, sehingga saldo barang-barang konsinyasi menunjukkan harga pokok barang-barang konsinyasi serta biaya-biaya yang masih melekat pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual. c. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi dicatat secara terpisah dan tidak dicatat secara terpisah dari transaksi penjualan biasa.

Tabel 3 Perbedaan Pencatatan Pada Buku Konsinyi Jika Transaksi Dicatat Secara Terpisah dan Tidak Dicatat Secara Konsinyi Transaksi-Transaksi Apabila transaksi dicatat secara terpisah Apabila transaksi konsinyasi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah memo a) Kas………xx Penjualan……xx b) Pembelian….xx 2. Dibayar angkut ongkos Barang-barang komisi …xx Hutang………xx Hutang……..xx Kas…………..xx b. Hutang……xx Kas…………xx

Penerimaan barangmemo barang konsinyasi 1. Penjualan tunai Kas ……………….. xx Barang komisi …….xx

Kas …………………….xx 4 a. Perhitungan komisi a. Barang-barang komisi….xx atas hasil penjualan barang-barang Pendapatan komisi……..xx komisi b. Barang-barang komisi….xx b. Pengiriman Kas……………………..xx perhitungan dan sekaligus pengiriman cek hasil penjualan

Sumber: Hadori Yunus dan Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1981, hal 159 Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening nominal ke rekening rugi laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke laba yang ditahan dilakukan seperti biasa. Perlakuan Akuntansi terhadap Barang-Barang Konsinyasi yang Dikembalikan dan Uang Muka Konsinyi 1. Barang-barang konsinyasi yang dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat (consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barangbarang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang-barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian harus pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak, sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan. 2. Uang muka konsinyasi Apabila dalam transaksi konsinyasi, konsinyor mengharuskan pembayaran uang muka terhadap barang-barang konsinyasi yang dikirimkan kepada konsinyi, maka penerimaan uang muka tersebut dapat dijurnal sebagai berikut: Kas …………………. xx Uang muka konsinyi…………………… xx Uang muka dari konsinyi ini, harus disajikan sebagai utang dalam neraca sampai terjadi pelunasan barang konsinyasi, maka pada saat pelunasan dijurnal sebagai berikut: Kas ………………………….. xx Uang muka konsinyi ………… xx Piutang konsinyi …………….……xx Pengaruh Penyajian Transaksi Penjualan Konsinyasi dalam Laporan Keuangan Bagi Konsinyor Prosedur-prosedur yang harus digunakan konsinyor jika menghendaki penyajian informasi yang lebih lengkap baik mengenai penjualan konsinyasi maupun penjualan biasa, adalah dengan melakukan pencatatan transaksi penjualan konsinyasi secara terpisah dari transaksi penjualan biasa. Sedangkan untuk penyajian di dalam laporan perhitungan laba rugi dapat dilakukan dengan cara: 1. Menggunakan data-data penjualan, harga pokok penjualan dan biaya penjualan dari transaksi konsinyasi secara terpisah dari transaksi penjualan biasa.

2. Data-data penjualan, harga pokok penjualan dan biaya penjualan yang bersangkutan dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan biasa. Pelaporan demikian dipakai apabila transaksi penjualan barang konsinyasi merupakan bagian yang penting dalam kegiatan distribusinya. 3. Menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi di dalam laporan perhitungan laba rugi, dengan melaporkan laba atau rugi penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya yang bersangkutan, yaitu dengan jalan menambahkan atau mengurangkan laba rugi konsinyasi dari laba kotor penjualan biasa.

LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Laporan keuangan terdiri dari:

- Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. - Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. - Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan. - Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu. .
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Fajar 26 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.